BUDAYA SEMANA SANTA DITINJAU DARI TEORI ABRAHAM MASLOW
Kata Kunci:
Semana Santa Larantuka; Budaya religius; Hierarki Kebutuhan Maslow; Kebutuhan spiritual; Kohesi sosial; Aktualisasi diri.Abstrak
Semana Santa di Larantuka merupakan tradisi religi Pekan Suci unik warisan Portugis yang berlangsung selama sepekan penuh menjelang Paskah. Budaya ini telah menjadi ikon Flores Timur yang menarik ribuan peziarah dan wisatawan setiap tahun, sekaligus menggeliatkan ekonomi lokal dan merefleksikan toleransi antarumat beragama di wilayah tersebut. Urgensi penelitian ini terletak pada pemahaman peran budaya Semana Santa dalam memenuhi berbagai kebutuhan manusia menurut teori hierarki kebutuhan Abraham Maslow. Penelitian menggunakan metode literature review, dengan sumber dari jurnal ilmiah 10 tahun terakhir (2015–2025) yang relevan. Kriteria inklusi meliputi studi tentang Semana Santa Larantuka (aspek budaya, sejarah, sosial-religius) serta literatur mengenai pemenuhan kebutuhan berdasarkan teori Maslow. Pencarian literatur dilakukan melalui Google Scholar, DOAJ, dan portal jurnal terindeks dengan kata kunci terkait (“Semana Santa Larantuka”, “Maslow kebutuhan religius”, dll.). Hasil tinjauan menunjukkan bahwa tradisi Semana Santa memiliki fungsi multifungsi: secara fisiologis & keamanan, event ini mendukung pemenuhan kebutuhan dasar lewat peningkatan ekonomi lokal dan rasa aman akan kesinambungan tradisi; secara sosial, ritual ini membangun ikatan komunitas yang erat dan memenuhi kebutuhan akan cinta dan rasa memiliki melalui partisipasi kolektif dalam persaudaraan (confreria) dan kegiatan ibadah bersama; secara penghargaan, keterlibatan dalam peran-peran sakral (misalnya mardomu atau pembawa patung Tuan Ma/Tuan Ana) memberikan rasa bangga dan penghormatan, memperkuat identitas diri dan status sosial anggota komunitas; dan pada level aktualisasi diri, pengalaman spiritual mendalam selama prosesi (seperti ritual Cium Tuan Ma) memenuhi kebutuhan akan makna, iman, dan transcendensi diri. Diskusi: Temuan ini mengindikasikan bahwa budaya Semana Santa berperan memenuhi kelima hirarki kebutuhan Maslow secara holistik dalam konteks komunitas religius. Tradisi ini unik karena mampu bertahan ratusan tahun melalui akulturasi dengan budaya lokal Lamaholot tanpa kehilangan inti spiritualnya. Keterkaitan antara ritual pekan suci dan hierarki kebutuhan tampak dari bagaimana ritual ini menyediakan kerangka pengalaman bersama yang memperkuat identitas kolektif, solidaritas sosial, serta pertumbuhan spiritual individu. Implikasi bagi masyarakat setempat mencakup penguatan kohesi sosial, pelestarian warisan budaya, peningkatan kesejahteraan mental, dan ketahanan komunitas dalam menghadapi tantangan modern. Meskipun demikian, upaya komodifikasi Semana Santa sebagai atraksi wisata menimbulkan respon beragam: sebagian warga menerima demi manfaat ekonomi dan pelestarian budaya, sementara lainnya khawatir terhadap sakralitas ritual. Kesimpulan: Semana Santa di Larantuka berperan vital dalam pemenuhan kebutuhan manusia mulai dari tingkat fisiologis hingga aktualisasi diri. Melalui partisipasi dalam tradisi ini, umat dapat memenuhi kebutuhan dasar (lewat dukungan ekonomi komunitas), merasakan keamanan dan keteraturan hidup (melalui kelangsungan adat religius), memperoleh kasih sayang dan kebersamaan (dalam ikatan komunal yang kuat), meraih penghargaan diri (dari identitas budaya dan peran ritual), hingga mencapai aktualisasi diri (melalui pengalaman spiritual yang mendalam). Tradisi ini menjadi bukti bahwa praktik keagamaan dapat mengintegrasikan pemenuhan berbagai kebutuhan manusia secara simultan, sesuai pandangan Maslow bahwa aspek spiritual juga esensial bagi manusia. Rekomendasi: Penelitian selanjutnya disarankan untuk mengkaji secara empiris dampak partisipasi Semana Santa terhadap kualitas hidup dan kebahagiaan individu (misalnya melalui pendekatan psikologis kuantitatif). Selain itu, studi komparatif dengan tradisi religius di daerah lain dapat memperkaya pemahaman mengenai peran budaya religius dalam hierarki kebutuhan manusia. Dari sisi praktis, sinergi antara gereja, komunitas lokal, dan pemerintah perlu ditingkatkan untuk menjaga kemurnian ritual sekaligus mengakomodasi potensi pariwisata secara bijak, agar Budaya Semana Santa tetap lestari dan terus memenuhi kebutuhan spiritual-sosial masyarakat Larantuka di masa mendatang.
Referensi
Babula, M. (2023). The association of prayer frequency and Maslow’s hierarchy of needs: A comparative study of the USA, India and Turkey. Journal of Religion and Health, 62(3), 1832–1852. https://doi.org/10.1007/s10943-022-01649-8
Durán-Sánchez, A., Álvarez-García, J., de la Cruz del Río-Rama, M., & Oliveira, C. (2018). Religious tourism and pilgrimage: Bibliometric overview. Religions, 9(9), 249. https://doi.org/10.3390/rel9090249
Fanggidae, R. E., & Fongo, P. (2020). Commodification of Holy Semana Santa procession in marketing of religious tourism. Solid State Technology, 63(6), 14143–14151.
Ghifari, I. (2018). Ensiklopedia Meyakini Menghargai: Mengenal lebih dekat ragam agama dan kepercayaan di Indonesia. Jakarta: Exposé.
Grech, M., & Mayo, P. (2020). Engaging in popular communal imagination and the Holy Week culture in Malta: Emancipatory thinking and the Holy Land/Jerusalem narrative. Journal of Holy Land and Palestine Studies, 19(1), 37–60. https://doi.org/10.3366/hlps.2020.0227
Ikoku, A. (2024). Role of rituals in strengthening community bonds in religious congregations in Nigeria. European Journal of Philosophy, Culture and Religious Studies, 8(3), 1–12. https://doi.org/10.47672/ejpcr.2288
Maslow, A. H. (1954). Motivation and Personality. New York, NY: Harper & Row.
Monteiro, Y. H. (2020). Semana Santa di Larantuka: Sejarah dan Liturgi. Maumere, Indonesia: Penerbit Ledalero.
Mulyati. (2019). Semana Santa, tradisi Paskah umat Katolik di Larantuka, Flores Timur, NTT. WALASUJI, 10(2), 203–218.
Narasatriangga, A., Purwadi, & Dhana, I. N. (2018). Dominasi kultural figur Bunda Maria dalam ritual Semana Santa pada masyarakat Larantuka, Flores Timur. Humanis, 22(4), 935–942. https://doi.org/10.24843/JH.2018.v22.i04.p14
Sánchez, V. L., Devesa-Fernández, M., & Sancho, J. Á. L. (2017). Economic impact of a religious and tourist event: A Holy Week celebration. Tourism Economics, 23(6), 1255–1274. https://doi.org/10.1177/1354816616675996
Sunardin. (2021). Manusia membutuhkan agama di masyarakat. Misykat al-Anwar: Jurnal Kajian Islam dan Masyarakat, 4(1), 1–19.
Wea, N. R. I., Ahimsa-Putra, H. S., & Widiyastuti, D. (2023). Respon masyarakat terhadap pengembangan pariwisata ziarah ritual Semana Santa oleh pemerintah di Larantuka. Jurnal Multidisiplin West Science, 2(4), 247–269. https://doi.org/10.58812/jmws.v2i04.292
Wissang, I. O., Dawud, D., Sumadi, & Pratiwi, Y. (2022a). Semana Santa traditions: The symbol of the Lamaholot community ecological mindset. Journal of Positive School Psychology, 6(3), 1989–2001.
Wissang, I. O., Dawud, D., Sumadi, & Pratiwi, Y. (2022b). Semana Santa tradition educational symbol. Central Asia and The Caucasus, 23(2), 79–88.
Yohana, S. (2023). Portuguese representations in the Semana Santa ritual in Larantuka. IAS Journal of Localities, 1(1), 30–40. https://doi.org/10.62033/iasjol.v1i1.9
Unduhan
Diterbitkan
Terbitan
Bagian
Lisensi
Hak Cipta (c) 2025 Seminar Nasional dan Call Paper

Artikel ini berlisensi Creative Commons Attribution 4.0 International License.