DARI RETREAT MENJADI TRAUMA: INTOLERANSI SOSIAL DAN DAMPAKNYA DALAM PERSPEKTIF PSIKOLOGI SOSIAL

Penulis

  • Feliana Setiawan Universitas Surabaya

Kata Kunci:

intoleransi sosial, trauma psikologis, psikologi sosial

Abstrak

Peristiwa penyerangan terhadap kegiatan retret pelajar Kristen di Cidahu, Sukabumi, Jawa Barat pada Juni 2025 menjadi contoh nyata meningkatnya intoleransi sosial yang mengancam kohesi masyarakat multikultural di Indonesia. Retret yang bertujuan memperdalam nilai-nilai spiritual dan religius melalui kegiatan refleksi, diskusi kelompok, serta pembelajaran keagamaan, justru memicu reaksi keras dari sebagian warga yang menentangnya karena dianggap tidak sesuai dengan norma sosial serta tidak mengantongi izin resmi dari pihak berwenang. Tindakan perusakan fasilitas retret, penghancuran simbol-simbol agama seperti salib, serta ancaman terhadap peserta menciptakan ketakutan dan trauma mendalam, khususnya bagi pelajar yang ikut serta. Peristiwa ini mengindikasikan bahwa intoleransi sosial tidak hanya berdampak secara fisik, tetapi juga secara psikologis terhadap individu yang menjadi korban. Artikel ini bertujuan untuk menganalisis dampak psikologis dari intoleransi sosial tersebut melalui perspektif psikologi sosial, dengan menelaah dinamika prasangka, stereotip, identitas sosial, dan proses dehumanisasi yang terjadi. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus dan analisis literatur. Seluruh temuan didasarkan pada sumber-sumber sekunder, seperti laporan media, literatur ilmiah, serta teori-teori psikologi sosial yang relevan. Kerangka teoritis yang digunakan mencakup Teori Prasangka, Teori Identitas Sosial, serta Teori Kontak Antar Kelompok yang menjelaskan bagaimana kurangnya interaksi lintas kelompok dapat memperkuat ketegangan sosial dan prasangka. Hasil analisis menunjukkan bahwa prasangka berbasis agama, ketidakhadiran ruang dialog antar kelompok, serta stigmatisasi terhadap kelompok minoritas merupakan faktor utama yang mendorong terjadinya kekerasan kolektif. Dalam konteks ini, para korban mengalami gangguan psikologis seperti kecemasan, kehilangan rasa aman, serta keterasingan identitas sosial. Selain itu, tekanan sosial juga dapat memperpanjang dampak trauma pada korban. Oleh karena itu, artikel ini menekankan pentingnya intervensi sosial berbasis komunitas, penguatan pendidikan toleransi lintas agama, serta penciptaan ruang interaksi sosial yang positif untuk mencegah fragmentasi sosial lebih lanjut. Peran strategis pemimpin masyarakat dan tokoh agama juga sangat krusial dalam membangun rekonsiliasi, solidaritas, serta penyembuhan kolektif pasca konflik. Dengan memahami dinamika intoleransi sosial dari sudut pandang psikologi sosial, artikel ini diharapkan dapat memberikan kontribusi ilmiah dan praktis dalam menciptakan masyarakat yang lebih inklusif, damai, dan resilien terhadap konflik-konflik yang bersumber dari perbedaan identitas.

Referensi

Allport, G. W. (1954). The nature of prejudice. Addison-Wesley.

Baron, R. A., & Byrne, D. (2018). Social psychology (14th ed.). Pearson.

Bercahaya News. (2025). 7 tersangka ditetapkan dalam kasus penyerangan retret pelajar Kristen di Sukabumi. Retrieved from https://www.bercahayanews.com/7-tersangka-ditetapkan-dalam-kasus-penyerangan-retret-pelajar-kristen-di-sukabumi

Bleich, E., Zink, R., & Ozdemir, E. (2011). The role of intolerance in social conflict. Social Science Research, 40(4), 925-939.

CNN Indonesia. (2025). Perusak salib jadi tersangka kasus pembubaran retret Kristen di Cidahu. Retrieved from https://www.cnnindonesia.com/nasional/20250701074254-12-1245402/perusak-salib-jadi-tersangka-kasus-pembubaran-retret-kristen-di-sukabumi

Dovidio, J. F., Gaertner, S. L., & Kawakami, K. (2017). Intergroup contact theory: The past, present, and future. Personality and Social Psychology Review, 21(3), 295-319.

Goffman, E. (1963). Stigma: Notes on the management of spoiled identity. Prentice-Hall.

Haslam, N. (2006). Dehumanization: An integrative review. Personality and Social Psychology Review, 10(3), 252-264.

Jetten, J., Haslam, S. A., & Haslam, C. (2017). The social cure: Identity, health and well-being. Psychology Press.

Krieger, N., et al. (2005). Social epidemiology and the sociology of social inequalities: Understanding the links between socioeconomic status and health. Social Science & Medicine, 61(4), 1-13.

Link, B. G., & Phelan, J. C. (2001). Conceptualizing stigma. Annual Review of Sociology, 27, 363-385.

Miller, J. G., et al. (2017). Understanding intergroup conflict and cooperation in terms of social identity and threat perception. Social Psychological and Personality Science, 8(5), 547-557.

Moghaddam, F. M. (2019). The psychology of conflict and conflict management in organizations. Routledge.

Pettigrew, T. F., & Tropp, L. R. (2006). A meta-analytic test of intergroup contact theory. Journal of Personality and Social Psychology, 90(5), 751-783.

Pettigrew, T. F. (2019). Prejudice and intergroup relations: Theoretical perspectives. Sage Publications.

Pew Research Center. (2019). The state of global religious tolerance. Retrieved from https://www.pewresearch.org

Setiawan, B. (2020). Rights to the city, tolerance, and the Javanese concepts of 'Rukun' and 'Tepo Sliro'. IOP Conference Series: Earth and Environmental Science.

Sherif, M. (1966). In common predicament: Social psychology of intergroup conflict and cooperation. Houghton Mifflin.

Smith, E. R., & Mackie, D. M. (2007). Social psychology (3rd ed.). Psychology Press.

Tajfel, H., & Turner, J. C. (1979). An integrative theory of intergroup conflict. In W. G. Austin & S. Worchel (Eds.), The social psychology of intergroup relations (pp. 33-47). Brooks/Cole.

Tausch, N., et al. (2017). Discrimination, identity, and well-being: The role of social identity in responses to intolerance. Journal of Social Issues, 73(1), 32-47.

Unduhan

Diterbitkan

2025-08-26

Terbitan

Bagian

Seminar Nasional & Call for Paper STIE YPUP Makassar